Kampanye HOT PKS

No coment

lihatlah logo di belakangnya, partai yang mengadakan kegiatan seronok semacam ini....
"menjijikkan......"

Kotak Musik Antik, Sebuah Rahasia



Tok…tok….tok….

Sepi. Tidak ada yang membuka pintu. Penghuni rumah itu sedang terbuai dalam tidurnya yang nyenyak. Dan lelaki berpakaian lusuh itu tidak mau menyerah. Ia sudah terlalu lelah dalam perjalanan. Ia butuh istirahat.

Tok…tok..tok…

Seorang perempuan bermata lentik membuka pintu. Dengan mata bulatnya ia menatap marah kepada laki-laki itu, tetapi entah kenapa, ada perasaan iba yang menyentuh tiba-tiba, memaksanya secara halus untuk membiarkan laki-laki itu masuk ke dalam rumahnya yang sunyi.

Mereka lalu duduk di dekat perapian mencoba menghangatkan diri. Dengan tertatih-tatih lesu, laki-laki itu membuka bungkusan kecil yang ada dalam tas kecilnya. Sebuah kotak mungil berwarna hitam kelabu, berukir perak, antik.  Perempuan bermata lentik mengusap gelombang rambutnya yang terurai menutupi wajahnya. Ia sedikit terpana melihat sebuah kotak musik yang selama ini menghantui mimpinya.

Ya. Sebuah kotak musik berwarna hitam kelabu, berukir perak antik itu sering kali masuk ke dalam mimpinya, tanpa pernah diundang, tanpa pernah terpikirkan. Apakah ini sebuah kebetulan semata ataukah ada sebuah rahasia yang menjadi pertanda bahwa suatu kelak nanti akan mendapatkan bingkisan berupa kotak musik sebagai hadiah dari seseorang yang akan menghiasi hidupnya. Entahlah, yang pasti, bukan dari laki-laki yang kini berada di depannya itu. Bukan.

Siapakah laki-laki itu? Ia tidak kenal. Laki-laki itu terlalu misterius untuk diketahui. Seorang laki-laki yang berpakaian lusuh dengan penuh luka di sekujur tubuhnya, yang seperti tidak lama lagi, kematian akan segera menjemputnya. Dan belakangan baru diketahui bahwa satu-satunya yang bisa membuatnya bertahan hidup adalah kewajibannya mengantarkan kotak musik itu kepada sang pemilik, sosok gadis bermata lentik dengan gelombang rambut sepinggang yang selama ini ia cari, dengan mengetuk pintu yang satu ke pintu yang lain. Sebuah perjuangan yang panjang, tapi akhirnya tidak sia-sia.

Jam dinding besar yang bertengger di sudut ruangan berdetak pelan, kini menunjukkan pukul 12 malam.
“Bolehkah?” kata laki-laki itu meminta izin untuk membuka kotak musiknya. Perempuan itu hanya mengangguk tanpa reaksi yang berlebihan, meskipun matanya masih tampak terpana dengan kebetulan yang aneh.

“Eh…, sebentar…., boleh aku tanya sesuatu?” Sergah gadis bermata lentik menghentikan gerakan tangan laki-laki itu.
“Tentu saja. Silakan.” Ucapnya lembut.
“Emmm…nanti saja. Silakan dilanjutkan.”

Laki-laki itu mulai membuka kotak musiknya perlahan, sangat hati-hati. Ada  semacam kekuatan magis dari kotak musik yang unik itu. Pelan, sangat syahdu, suara musik biola mulai mengalun menyayat indera pendengaran. Tanpa sadar mereka berdua memejamkan mata, lalu hanyut dalam alunan musik yang syahdu.

*      *      *

Aku berdiri di atas bongkahan batu karang cadas.  Angin laut biru menerpa rambutku yang tergurai, sedikit basah oleh percikan ombak. Aku menunggu. Entah apa, dan entah mengapa aku harus berdiri menunggu di tempat asing itu. Tapi sejujurnya aku menyukainya. Tempat yang begitu indah.

Riuh suara pepohonan kelapa yang ditiup angin bersaing dengan suara ombak yang teduh. Aku masih berdiri di atas batu karang menantang matahari senja yang kian menjingga. Sejenak kupejamkan mata sembari mengirup aroma pantai yang sebentar lagi akan gelap. Bernafas pelan, tenang, dan sabar.

Gemericik air berbentur dengan ombak yang surut mengagetkanku. Ternyata ada sebuah biduk kecil datang merapat ke pantai. Seorang laki-laki bertubuh kekar, bersayap hitam pekat, sayap dari hutan gelap, dengan bulu-bulu halus yang menyeringai di tengkuknya. Ia membuatku gemetar seketika, dan tidak sanggup melihat ke dalam matanya langsung. Aku ingin berlari saja.  Tapi aku tidak bisa bergerak dari tempatku berdiri. 

“Aku adalah malaikat pencabut nyawa…” ucapnya lirih sambil memegang tanganku yang gemetar. Entahlah. Aku bukannya takut pada sentuhan itu. Aku malah menginginkannya, menginginkan sebuah dekapan hangat sebagai pelipur rindu yang kian menggelora. Mungkin orang lain akan lari ketakutan melihat sosok gelap dengan sayap hitam seperti itu, tapi bagiku, ia berbeda. Ia istimewa. Dan hanya dia yang bisa membuatku berubah wujud menjadi sosok peri. 

“Bolehkah aku memelukmu?” Kembali suara lembutnya terdengar. Ia tersenyum begitu mempesona. Aku terpana. Tapi aku hanya bisa menunduk, tak pernah sekalipun sanggup melihat langsung ke dalam mata yang sejatam belati itu. Sementara itu, aku hanya bisa bergumam dalam hati, atau lebih tepatnya bisa dikatakan sedikit mencaci, menganggapnya pengecut. Mengapa tidak langsung saja dia memelukku. Bukankah aku sudah pasrah? Tidakkah dia juga merasakan gelora yang sama? Mengapa mesti minta izin segala?

Aku tak pernah bisa menjawab pertanyaan yang sesopan itu, kecuali dengan isyarat. Misalnya saja dengan merebahkan kepalaku ke dadanya. Lalu tanpa ragu ia akan membelai rambutku yang bergelombang. Namun pada saat itu, justru aku yang tidak bisa menahan diri, dan tanpa sadar, kulingkarkan lenganku di pinggangnya, mendekapnya seerat yang kumampu. Ia hanya menghela napas.

“Akankah kau cabut nyawaku kali ini?” tanyaku sambil meneteskan air mata bahagia.
“Tidak. Aku datang justru ingin menyentuh jantungmu, agar kau bisa merasakan sesuatu yang telah lama terenggut darimu.”
“Bukankah tugasmu mencabut nyawa seseorang? Lalu mengapa kau tidak cabut saja nyawaku agar kau memilikiku sepenuhnya?”
 “Tidak. Justru kaulah yang menjadi pemilikku.”

*      *      *

Alunan musik itu terhenti. Perempuan bermata lentik itu membuka matanya, mendapati dirinya berada dalam pelukan laki-laki lusuh yang mengantarkannya pada sebuah negeri yang diimpikannya.

  

To be continue…

Suka duka menjadi mahasiswa di FKIP Unram

Tulislah dalam bentuk cerita yang menarik :

  1. Suka duka Anda selama  menjadi mahasiswa di FKIP Unram
  2. Keluh kesah Anda selama mengikuti kuliah Komputer
  3. Senang dan tidak senangnya Anda terhadap dosen yang mengajar Anda dalam satu semester ini, dan jangan lupa ceritakan alasannya. Nama dosen tersebut boleh disebut, boleh juga tidak. Dosen yang Anda sukai atau tidak, boleh terdiri dari satu atau lebih.
  4. Ceritakanlah dalam bentuk cerita yang menarik di blog anda masing-masing, dan tautkan link blog Anda di kolom komentar di bawah ini
  5. Gunakan bahasa Indonesia yang enak dibaca, menarik, komunikatif, tapi tata penulisannya harus sesuai dengan pedoman EYD!


Selamat bekerja dan sukses untuk kita semua.

Terima kasih.

Batur lombok telpon KFC


Telfon Pertama
Odin : halloo...Kaepsi ?
KFC : iya, ada yg bisa di bantu?
Odin : maseh arak manuk te?
KFC : masih ada pak...(Bejawab sopan dait alus)
Odin : cobak jauk jok bale pelagak kance manok ak aneeh...!!!
KFC : yaokk.....??? 


Telfon Kedua
Odin : hallooo...kaepsi?
KFC : iya...
Odin : delivery order?
KFC : iya...
Odin : 24jam?
KFC : iya...
Odin : Oooh jogang ndekm wah tidem ndeeh, tedem tooo ???
KFC : hah...???

Telfon Ketiga
Odin : hallooo...kaepsi?
KFC : iya,ini bapak yang tadi ya...???ada apa lagi pak?
Odin : arak manok?
KFC : ada pak...
Odin : lamun nasi?
KFC : ada pak...
Odin : es grim?
KFC : ada pak...
Odin : burger.. burger...?
KFC : ada! banyak! komplit!! (Ye mulai sili ne...)
Odin : masih arak selapuaan ??? Ndekm inik nye laku' aran ???
KFC : hah.... > $&%$%$

Telfon Keempat
Odin : hallooo.. Kaepsi?
KFC : kamu malek ..., ape jak melekm hah??? (Mulain base sasak)
Odin : hee..., ak yak pesen sumpret, aok menu jak borong wah aneh...
KFC : oh iya, maaf pak...! mau pesen apa pak?
Odin : pecel sekek,sak panas2 aok ...,plecing kangkung sekek panas2 endah aok 
KFC : hah....??? Kebangaaakm km ... Manuk doang te!!!  *&^%$%%%^

Telfon Kelima
Odin : hallooo..kaepsi ??
KFC : kamu wah malek ne ..., yakm kembe nane ???
Odin : yak pesen manok bangak!!! Mase yak pesen semen?!?!?!
KFC : oh iya pak! Selain ayam apa lagi?
Odin : manok kance nasi!!! Laguk bungkusne bareh pisah aok, ndak pesopok?! Lamun tejarian jari sekek laon nasik tie te cocok sik manuk nu. 
KFC : woooiii... Jogang ... Godekk...!!  
Ҩ(° ̯˚)Ҩ Ϟ(°;◦)ʃ Ϛ(°..˚)Ϟ Ҩ(° ̯˚)ҨARRRRGGGGFDSSgghhhhh$%#

t u t u r: Minta kritik sarannya

t u t u r: Minta kritik sarannya

Arti Demokrasi dari sudut Rumah Tangga

Cecep bertanya kepada Bapaknya arti dari Demokrasi. Bapaknya kemudian menjelaskan bahwa Demokrasi itu bisa diibaratkan dalam Rumah Tangga. Bapak bertindak sbg kaum Kapitalis yg mencari nafkah, Ibu sbg Pemerintah yg mengelola hasil, Cecep sbg rakyat, adiknya sbg masa Depan yg perlu diperhatikkan dan pembantu sbg pekerja.

Suatu ketika Cecep pulang Kerumah dan mendapati adiknya sedang buang air besar dilantai. Dilihatnya Ibunya sedang tidur lelap. Cecep kemudian kekamar pembantunya untuk minta tolong. Tetapi ternyata Ia mendapati Bapaknya sedang tidur bersama Pembantunya itu.

Cecep lalu mengatakan kepada Sang Bapak:

“Pak! sekarang saya sudah tau arti Demokrasi, yaitu kaum Kapitalis “menekan” para pekerja, pemerintah tertidur lelap, rakyat tidak berani membangunkan, hanya bisa melihat masa depan yang penuh dengan kekotoran…”

__________Bersamamu dalam Kardus



Syahrul Q.

“Cuma lima juta aja.”
“Gila. Mahal banget. Loe mau meres gua, Don?”
“Loe belom liat barangnya sih…, ini bener-bener seleramu, Bro.”
“Emangnya seperti apa?”
“Hmmm…gimana yah? Susah gua jelasin. Mending Loe liat aja langsung.”
“Bening nggak?”
“Banget…!”
“Hmmm…. ya udah. Ntar gua liat dulu barangnya. Kalau barangnya emang bagus, aku bayar. Bawa aja ke tempatku.”
“Oke boss….”
Klek! Suara handphone tertutup.
Aku jadi penasaran, barang mewah seperti apa yang akan dibawa Dony malam ini. Biasanya tidak semahal itu. Paling-paling 500 ribu. Anehnya lagi, katanya dia bisa membawanya ke tempatku. Namun yang lebih aneh,untuk pertama kali ini aku merasa dadaku berdebar-debar, ada rasa penasaran, dan seakan-akan gelisah menyelimutiku bersama kelamnya malam.
Beberapa menit kemudian, sebuah mobil berhenti di pintu gerbang yang tiada lain adalah milik Dony. Dari balik jendela kamar, kulihat ia dengan susah payah menggendong sesuatu, barang yang dijanjikannya. Hah, Dony benar-benar gila kali ini.
Dulu sekali, sekitar lima tahun yang lalu aku mengenalnya di sebuah café dalam keadaan teler. Waktu itu, aku sedang frustasi oleh sesuatu yang sangat sepele. Cewek. Ya, seorang cewek yang sangat aku cintai, pergi meninggalkanku tiba-tiba setelah mendapatkan keinginannya. Aku duduk sendiri di meja agak memojok, pesan minuman yang harganya agak mahal, dan membuatku mabuk dalam waktu yang singkat. Lalu Dony datang tersenyum ramah, menawarkan bantuan, menawarkan sesuatu, barang, sebagai tempat aku lampiaskan kekecewaanku yang menyakitkan. Dan malam ini, ia menawarkan barang yang sama, meski harganya jauh lebih mahal, karena mungkin dianggap istimewa. 


“Di mana kutaruh barangnya, Bro?” tanya Dony setelah memasuki rumahku.
“Taruh di sofa aja dulu.”
“Apa nggak perlu gua bawa masuk sekalian?”
“Tidak usah. Di sini saja.” Dony menaruh barangnya di atas sofa. “Eh, gila Loe, Don. Dari mana Loe dapatin barang mulus kayak gini?”
“Ini sih, bukan cuma mulus, tapi istimewa!” jawab Dony sambil menggeliat.
“Emang apa istimewanya?” Dony membisikkan sesuatu padaku. Suaranya terasa berat, menegangkan. Dan satu kata yang dibisikkan itu membuatku puas dan akhirnya bersepakat mengenai bisnis ilegal ini.
“Tapi gua gak bisa bayar sekarang. Besok aja ya.”
“Waaaah, masa pake ngutang segala?”
“Ini udah malam, Don. Gua belum sempat ke ATM.”
“Tapi….” Suara Dony seperti tercekat.
“Alaaah…..kaya Loe gak tau gua aja. Ntar gua tambahin kalo emang mantap. Khusus buat Loe daaaah….”
Akhirnya, dengan berat hati, Dony meninggalkan rumahku. Sementara aku, dengan mata berbinar melihat barang yang dibawa oleh Dony. Memang Benar. Barang itu terlihat bening dan mulus membuatku bergairah dan merasa tak sabar untuk menjajakinya. Ditambah lagi dengan satu kata yang dibisikkan Dony yang sepertinya sakral. Perawan.
Hingga sejauh ini, aku memang belum pernah merasakan kenikmatan menggagahi seorang perawan, apalagi jika perempuannya cantik, bening, mulus, seperti yang kini tertidur di sofa rumahku. Dadaku serasa berdebar lebih kencang, memacu jantungku yang menggerakkan nafas birahi di sekujur tubuhku. Ini benar-benar istimewa. Dony tidak salah.
Segera kugendong perempuan mabuk itu ke dalam kamarku, menidurkannya di atas springbed, dan memandang wajahnya sekali lagi. Setelah cukup puas menikmati kecantikan wajahnya, perlahan kulepas kancing bajunya, meraba kulitnya yang sensual, membelai rambut lurusnya, hingga matanya yang sembab terlihat jelas. Sepertinya ia baru saja selesai menangis.
Tidak. Aku tidak mau melakukannya sekarang. Jika aku melakukannya, berarti sama saja aku memperkosanya. Aku bukan tipe seperti itu. Sebaiknya aku tunggu hingga dia sadar. Lagian, tubuh ini terlalu mahal untuk kunikmati sendirian.
“Di mana aku?” gadis cantik itu kini sudah terjaga dengan mata bengkak.
“Kamu di rumahku.” Jawabku selembut mungkin.
“Kamu???” ia seperti terkejut, dan segera membenahi pakaiannya yang sedikit terbuka. Lalu dia menangis.
“Belum.” Kataku mendekatinya seraya duduk di dekatnya. “Aku belum melakukan apa-apa, karena aku tidak mau melakukannya tanpa kamu sadari. Nah, sekarang, setelah kamu sadar, kamu mandi, berdandan cantik, baru kita bermain. Bagaimana?”
“Apa maksudmu? Oh tidak. Aku tidak akan melakukan apa-apa.”
“Bukannya aku telah membayarmu?”
“Bayar apaan?” Ia langsung berdiri dan bergegas hendak pergi. Sialan, Dony menipuku. Anak ini tidak bermaksud menjadi perempuan yang seperti itu. Tega sekali dia menjual perempuan secantik ini. Untung saja aku belum membayarnya.
“Eit, tunggu dulu.” Cegahku. “Jadi begini. Semalam, bukankah Kamu sudah sepakat sama Dony untuk tidru bersamaku?”
Ia menggeleng. Lalu menangis lagi. Begitu labil. Aku menjadi tidak tega melihatnya seperti itu. Mungkin dia hanyalah perempuan remaja yang terjebak di tempat yang salah. Kemudian Dony memanfaatkan kesempatan itu untuk menjualnya kepadaku, dengan iming-iming perawan. Terlihat dari wajahnya, memang terlalu muda untuk melakukan hal yang seseronok itu.
“Baiklah, maafkan aku. Mari kuantar Kamu pulang.”
Udara pagi berhembus lembut menyapa embun di dedaunan. Namun kota Jakarta telah sesak, sehingga memeperlambat jalanku. Perempuan itu masih terisak oleh tangisnya yang berkepanjangan. Dan entah mengapa, aura kecantikan yang dimilikinya berpendar lembut, membuatku merasakan sesuatu yang lain.
Berselang satu jam kemudian, aku tiba di rumahnya, mengantarnya masuk, berusaha bersikap sebaik mungkin kepada ayahnya. Namun tanpa kuduga, laki-laki itu langsung menampar gadis yang baru saja mulai kukagumi. Aku terhenyak melihat kejadian itu. Sekali lagi, sang ayah memukul punggungnya dengan tinju yang keras hingga gadis itu tersungkur ke lantai.
“Pak.” Cegahku segera. “Bukankah ini anak Bapak? Mengapa Bapak begitu kejam? Kalau memang Bapak tidak suka sama dia, mengapa Bapak melahirkannya?” entah, datang dari mana keberanianku seperti itu ikut campur masalah keluarga orang lain.
“Ini adalah urusanku. Ini adalah rumahku. Kamu pergi dari sini!”
Aku memang tidak memiliki hak untuk ikut campur dengan keluarga itu. Akupun beranjak pergi dari rumah itu. Namun gadis yang tersungkur itu tiba-tiba meraih kakiku, seakan meminta perlindungan, atau mungkin ingin pergi dan memintaku mengantarnya. Namun aku harus menghormati privasi sebuah keluarga. Tapi di satu sisi, aku juga tidak bisa membiarkan seorang laki-laki kasar menyiksa anaknya sendiri.
Akupun meraih tangannya, dan mengajaknya berdiri.
“Kamu mau ikut aku?” tanyaku lembut.
Ia segera mangagguk cepat, malah langsung menyeret tanganku keluar dari rumah besar itu. Setengah berlari aku mengikuti langkahnya, menaiki mobil dan langsung pergi, meski sempat aku dengar, ayahnya memanggilnya kembali.
“Terima kasih, Mas.” Ucapnya lirih. “Sejujurnya aku tidak tahu lagi mau pergi kemana. Kemarin, aku sempat tinggal bersama kakekku, tapi di sana aku justru diperlakukan lebih kasar. Aku juga tidak tahu, keberadaan ibuku entah di mana. Satu-satunya jalan adalah, aku harus pergi dari rumah. Kini aku bingung….”
“Ibumu kemana?” tanyaku turut merasakan kesedihannya.
“Entahlah. Ibu sudah tidak peduli denganku sejak aku berusia lima tahun. Akhir-akhir ini, aku hanya bergantung pada nenekku, namun ia juga tidak bisa berbuat apa-apa, karena sikap feodal kakekku. Aku sebenarnya tidak tega meninggalkan perempuan paruh baya itu, tapi aku juga tidak sanggup bertahan di sana. Aku sudah tidak kuat lagi, Mas.”
“Sudahlah…, sebaiknya kamu tenangkan dirimu...” Kataku sambil menggenggam tangannya yang lembut, seraya menyalurkan keteguhan bathin.
Matahari kini telah bersinar menembus kaca mobilku. Gadis cantik yang duduk di sebelahku kini tersenyum. Ia tampak begitu cantik bila tersenyum seperti itu. Tapi tunggu, ia tersenyum sendiri, sambil berbicara dengan suara yang sangat pelan. Entah apa yang ia bicarakan, namun seperti sedang bercengkarama dengan seseorang. Sempat air matanya keluar lagi, tapi setelah itu ia tersenyum lagi.
Aneh pikirku. Apakah hal ini disebabkan oleh kedukaan yang sangat, akibat kekerasaan fisik dari keluarganya, ataukah memang dia memiliki kelainan? Tidak mungkin dia gila. Tapi mungkin saja bisa gila jika tidak segera pergi dari rumahnya. Apa yang harus kulakukan dengan gadis ini?
“Kamu bicara sama siapa, Dek?” tanyaku kemudian tidak tahan dengan sikapnya yang aneh.
“Sama ibuku.” Ia tersenyum lagi.
“Ibu?”
“Ho oh…”
“Loh, bukannya tadi Kamu bilang kalau ibumu sudah pergi sejak usiamu lima tahun?”
“Ooh…bukan… ini ibuku yang lain.” Jawabnya santai.
Semakin aneh. Perempuan ini sepertinya memiliki halusinasi, atau bayangan yang ia ciptakan sendiri, mirip seperti kelainan jiwa yang disebut schizoprenia, keperibadian ganda, atau sejenisnya. Bila ini dibiarkan, perempuan ini benar-benar akan menjadi gila, kecuali ia bisa menata dirinya, kembali pada dunia realitas yang sebenarnya, dan mungkin membutuhkan adanya orang lain yang bisa ia percaya untuk berbagi. Namun hal ini membuatku berfikir juga tentang diriku, yang hingga kini masih hidup tanpa arah, tanpa tujuan, tanpa penataan diri, sehingga aku tidak bisa menyebut diriku lebih baik dari perempuan ini.
Kembali kulihat matanya yang kosong. Bulir-bulir kristal bening meluncur lagi dari pelupuknya, membasahi pipinya yang merah merona. Sekali lagi kugenggam tangannya dengan kuat…,
 “Kamu tinggal bersamaku saja ya. Aku janji, tidak akan menodaimu. Tapi aku justru akan menjagamu.”
“Terima kasih, Mas.” Jawabnya sambil mengangguk terharu.


Popular Posts

Ikutan

jendela indonesia. Diberdayakan oleh Blogger.

About Me

Foto Saya
Syahrul Qodri
Orang merdeka, jadi selayaknyalah bila bersikap dan berperilaku layaknya orang merdeka
Lihat profil lengkapku

About this blog

Blogroll